Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Kamis, 23 Januari 2025

EKONOMI WARNA-WARNI: JALAN MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT


Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com


Pendahuluan

Dalam era globalisasi dan transformasi teknologi yang semakin pesat, tantangan ekonomi semakin kompleks dan beragam. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah, menghadapi berbagai dinamika dalam mengelola pertumbuhan ekonomi untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Konsep "ekonomi warna-warni" hadir sebagai paradigma baru yang mencerminkan pendekatan multidimensi dalam pembangunan ekonomi. Istilah ini menggambarkan integrasi berbagai sektor ekonomi, seperti ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, dan ekonomi kreatif, yang masing-masing menawarkan solusi untuk menjawab tantangan zaman sekaligus menciptakan peluang baru bagi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Ekonomi warna-warni bukan sekadar istilah, melainkan sebuah strategi yang menekankan pentingnya sinergi antarpendekatan ekonomi untuk menciptakan ekosistem yang adaptif dan tangguh terhadap perubahan global. Dalam konteks ini, ekonomi hijau berperan dalam mendorong keberlanjutan lingkungan melalui efisiensi sumber daya dan pengurangan emisi karbon, sementara ekonomi biru mengoptimalkan potensi sumber daya kelautan yang berlimpah di Indonesia. Di sisi lain, ekonomi digital berperan sebagai katalisator inovasi dan inklusi keuangan, sementara ekonomi kreatif menjadi wadah bagi ekspresi budaya dan inovasi lokal yang dapat bersaing di kancah global.

Transformasi menuju ekonomi warna-warni membutuhkan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat sipil. Kebijakan yang mendukung inovasi, investasi yang berkelanjutan, dan pemberdayaan masyarakat menjadi elemen kunci dalam memastikan implementasi strategi ini berjalan dengan baik. Selain itu, kolaborasi antar sektor juga menjadi faktor penting untuk menciptakan dampak yang lebih besar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi berbagai dimensi dari konsep ekonomi warna-warni, mengidentifikasi peluang dan tantangan yang ada, serta memberikan rekomendasi strategis untuk mengoptimalkan penerapannya di Indonesia. Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis data, diharapkan konsep ini dapat menjadi panduan bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan dalam merancang strategi pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Ekonomi Hijau: Fondasi Keberlanjutan

Ekonomi hijau berfokus pada pembangunan yang ramah lingkungan dan rendah emisi karbon. Tujuan utamanya adalah mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sambil meningkatkan efisiensi sumber daya. Contohnya adalah investasi dalam energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin. Menurut laporan UNEP (2023), transisi ke ekonomi hijau dapat menciptakan hingga 24 juta pekerjaan baru secara global pada 2030. Namun, keberhasilan transisi ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.

Ekonomi Biru: Pemanfaatan Sumber Daya Laut

Ekonomi biru menekankan pada eksploitasi sumber daya laut yang berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan garis pantai yang panjang, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor ini, terutama dalam perikanan dan pariwisata bahari. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2024) menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia meningkat sebesar 7,8% dalam dua tahun terakhir. Namun, isu overfishing dan pencemaran laut tetap menjadi tantangan besar yang harus diatasi.

Ekonomi Digital: Mesin Penggerak Inovasi

Ekonomi digital telah menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Adopsi teknologi digital, seperti e-commerce dan fintech, telah memperluas akses masyarakat ke layanan keuangan dan pasar global. Menurut laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company (2024), nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 180 miliar pada 2025. Selain itu, ekonomi digital juga membuka peluang bagi UMKM untuk bersaing di pasar global, meskipun tantangan literasi digital dan infrastruktur masih harus diatasi.

Ekonomi Kreatif: Potensi Tak Terbatas

Ekonomi kreatif adalah sektor yang berbasis pada kreativitas dan inovasi, seperti seni, desain, dan media. Di Indonesia, sektor ini telah menjadi salah satu kontributor utama dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekspor. Data dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf, 2024) menunjukkan bahwa sektor ekonomi kreatif menyumbang sekitar 7,5% dari PDB nasional. Dengan kekayaan budaya yang dimiliki, Indonesia berpotensi menjadi pusat ekonomi kreatif dunia, asalkan mampu mendukung para pelaku industri dengan regulasi dan fasilitas yang memadai.

Sinergi Antar-Pendekatan untuk Kesejahteraan

Keberhasilan ekonomi warna-warni terletak pada sinergi antara berbagai pendekatan tersebut. Misalnya, adopsi teknologi digital dapat mendukung promosi pariwisata bahari dalam ekonomi biru, sementara prinsip ekonomi hijau dapat diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam untuk sektor ekonomi kreatif. Pemerintah perlu berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung sinergi ini, termasuk memberikan insentif bagi inovasi dan keberlanjutan.

Kesimpulan

Ekonomi warna-warni menawarkan paradigma baru yang menjanjikan untuk mendorong kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan. Dengan memadukan ekonomi hijau, biru, digital, dan kreatif, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengatasi tantangan global sekaligus memanfaatkan potensi domestik. Namun, keberhasilan konsep ini sangat bergantung pada komitmen semua pihak untuk berkolaborasi dan berinovasi. Semoa artikel singkat ini bermanfaat. Tetap semangat berkarya, salami ilmiah! (NH)

Referensi:

  1. Badan Ekonomi Kreatif. (2024). Statistik Ekonomi Kreatif Indonesia. Jakarta: Bekraf.
  2. Google, Temasek, & Bain & Company. (2024). e-Conomy SEA 2024: Accelerating Digital Economy in Southeast Asia.
  3. Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2024). Laporan Tahunan Ekonomi Biru Indonesia. Jakarta: KKP Press.
  4. UNEP. (2023). Green Economy: Pathways to Sustainable Development and Poverty Eradication. United Nations Environment Programme.
  5. World Bank. (2023). Digital Economy for Development in Emerging Markets. Washington, DC: World Bank Publications.

Senin, 20 Januari 2025

PEMUDA KREATIF DAN INOVATIF: MENUMBUHKAN KEWIRAUSAHAAN DI DESA

Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com


Pendahuluan

Pemuda merupakan ujung tombak dalam setiap perubahan yang terjadi di masyarakat. Dengan semangat yang tinggi, daya pikir yang segar, serta kemampuan adaptasi yang mumpuni, pemuda memiliki peran strategis dalam membangun dan mengembangkan potensi lokal, terutama di wilayah pedesaan. Di tengah arus globalisasi yang semakin kuat, desa-desa di Indonesia menghadapi tantangan besar untuk bertahan dan berkembang. Namun, di balik tantangan tersebut, tersimpan peluang besar bagi para pemuda untuk berinovasi dan mendorong tumbuhnya kewirausahaan berbasis desa.

Pedesaan di Indonesia kaya akan sumber daya alam, budaya, dan tradisi yang unik. Sayangnya, potensi ini sering kali terabaikan atau belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan wawasan untuk mengelola potensi tersebut. Di sinilah peran pemuda menjadi sangat penting. Dengan kreativitas dan inovasi yang dimiliki, mereka dapat mengubah tantangan menjadi peluang dan memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan nilai tambah yang signifikan. Kewirausahaan yang tumbuh di desa tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berdampak pada aspek sosial, budaya, dan lingkungan.

Analisis Tantangan dan Peluang Kewirausahaan di Desa

Tantangan Kewirausahaan di Desa

  1. Akses Terbatas pada Pendidikan dan Pelatihan Banyak pemuda di desa yang tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi atau pelatihan kewirausahaan. Hal ini menghambat mereka untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, tingkat partisipasi pendidikan di daerah pedesaan masih lebih rendah dibandingkan perkotaan.
  2. Kendala Infrastruktur Infrastruktur yang kurang memadai, seperti jalan, listrik, dan internet, sering menjadi hambatan utama dalam mengembangkan usaha di desa. Padahal, infrastruktur yang baik adalah prasyarat untuk distribusi barang dan akses pasar yang lebih luas.
  3. Stigma terhadap Desa Banyak pemuda yang menganggap desa sebagai tempat yang kurang menjanjikan dibandingkan kota. Hal ini menyebabkan urbanisasi besar-besaran dan menurunnya jumlah pemuda yang mau tinggal dan berkontribusi di desa.

Peluang Kewirausahaan di Desa

  1. Potensi Sumber Daya Lokal Desa memiliki kekayaan alam, seperti hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan, yang dapat dijadikan produk bernilai tambah. Contohnya adalah pengolahan hasil tani menjadi produk olahan, seperti keripik pisang, madu, atau minyak kelapa murni.
  2. Dukungan Kebijakan Pemerintah Program Dana Desa yang diluncurkan oleh pemerintah sejak 2015 memberikan peluang besar bagi pemuda untuk memanfaatkan dana tersebut dalam membangun usaha. Selain itu, program-program pelatihan dan pendampingan kewirausahaan juga semakin banyak diinisiasi oleh pemerintah.
  3. Teknologi Digital Perkembangan teknologi digital membuka akses bagi pemuda desa untuk memasarkan produk mereka ke pasar yang lebih luas. Platform seperti e-commerce dan media sosial menjadi alat yang efektif untuk memperluas jangkauan pasar.

Strategi Menumbuhkan Kewirausahaan di Desa

  1. Peningkatan Kapasitas Pemuda Pemuda perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan kewirausahaan, workshop, dan pendidikan vokasi. Kolaborasi dengan perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kapasitas ini.
  2. Pembangunan Infrastruktur Digital Internet menjadi infrastruktur penting untuk mendukung usaha berbasis digital. Pemerintah dan swasta perlu berinvestasi dalam memperluas jaringan internet hingga ke pelosok desa.
  3. Pendampingan dan Inkubasi Usaha Pemuda yang baru memulai usaha membutuhkan pendampingan dari mentor atau lembaga yang berpengalaman. Inkubator bisnis di tingkat desa dapat membantu memfasilitasi proses ini.
  4. Peningkatan Kesadaran tentang Potensi Lokal Pemuda perlu didorong untuk menggali dan mengembangkan potensi lokal. Misalnya, dengan mengangkat produk khas desa menjadi komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Studi Kasus: Desa Sukses dengan Pemuda Inovatif

  1. Desa Ponggok, Klaten Desa ini berhasil mengembangkan wisata berbasis sumber daya air yang dikelola oleh BUMDes. Pemuda desa menjadi motor penggerak dalam menciptakan atraksi wisata dan mempromosikannya melalui media digital. Pendapatan desa meningkat pesat, mencapai miliaran rupiah per tahun.
  2. Desa Nglanggeran, Yogyakarta Pemuda di desa ini mengembangkan geowisata berbasis budaya lokal. Dengan kreativitas mereka, desa yang dulunya sepi kini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Yogyakarta.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Keberhasilan menumbuhkan kewirausahaan di desa sangat bergantung pada peran pemuda yang kreatif dan inovatif. Dengan memanfaatkan potensi lokal, teknologi digital, dan dukungan dari berbagai pihak, pemuda dapat menciptakan usaha yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat desa. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem kewirausahaan yang mendukung. Semoga artikel singkat ini bermanfaat. Tetap semangat berkarya, salam Ilmiah! (NH)

Referensi:

  1. Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Pendidikan di Indonesia. Jakarta: BPS.
  2. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (2022). Laporan Perkembangan Dana Desa. Jakarta: Kemendesa PDTT.
  3. Prasetyo, H., & Suryani, L. (2021). Pemuda dan Inovasi di Pedesaan: Tantangan dan Peluang. Yogyakarta: Pustaka Rakyat.
  4. Wahyudi, A. (2020). Digitalisasi UMKM di Desa: Studi Kasus di Indonesia. Bandung: Alfabeta.
  5. World Bank. (2022). Infrastructure Development in Rural Areas: Lessons from Indonesia. Washington D.C.: World Bank.

Jumat, 17 Januari 2025

JEBAKAN API DI LOS ANGELES: KRISIS EKONOMI AMERIKA SERIKAT 2025

 

 Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com

 

 

Pendahuluan

Kebakaran dahsyat yang melanda Los Angeles (LA) baru-baru ini telah menjadi titik balik yang signifikan dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat. Bencana ini tidak hanya berdampak pada kerusakan fisik kota tetapi juga membawa konsekuensi besar bagi perekonomian nasional. Los Angeles, yang dikenal sebagai salah satu pusat ekonomi, budaya, dan inovasi dunia, memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Amerika Serikat. Oleh karena itu, dampak dari kebakaran ini tidak hanya dirasakan oleh penduduk lokal, tetapi juga menyebar ke seluruh negeri dan bahkan memiliki implikasi pada perekonomian global.


Sebagai kota terbesar kedua di Amerika Serikat, Los Angeles memiliki posisi strategis dalam berbagai sektor, termasuk industri hiburan, perdagangan internasional, pariwisata, dan teknologi. Kota ini juga merupakan rumah bagi pelabuhan Los Angeles dan Long Beach, yang merupakan dua pelabuhan terbesar di Amerika Serikat dan bertanggung jawab atas sekitar 40% impor barang ke negara ini. Dengan tingkat ketergantungan ekonomi yang tinggi terhadap infrastruktur dan aktivitas di kota ini, kebakaran yang melanda LA telah menyebabkan gangguan besar dalam berbagai sektor.


Menurut laporan awal dari Federal Emergency Management Agency (FEMA), kebakaran ini menghancurkan lebih dari 10.000 bangunan, termasuk rumah, kantor, dan fasilitas industri. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan, sementara pemerintah lokal menghadapi tantangan besar dalam mengoordinasikan upaya pemulihan. Kerugian ekonomi akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai $150 miliar, termasuk kerusakan properti, hilangnya pendapatan, dan biaya pemulihan.


Selain dampak langsung pada infrastruktur dan penduduk, kebakaran ini juga memengaruhi rantai pasok global. Sebagai salah satu pusat logistik terbesar di dunia, gangguan pada pelabuhan Los Angeles dan Long Beach telah menyebabkan keterlambatan pengiriman barang ke seluruh Amerika Serikat dan negara-negara lain. Hal ini memperburuk krisis logistik yang sudah ada akibat pandemi COVID-19 dan ketegangan geopolitik.


Kebakaran ini juga memengaruhi sektor pariwisata, yang merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi kota ini. Sebelum kebakaran, Los Angeles menarik jutaan wisatawan setiap tahun, yang berkontribusi pada pendapatan lokal melalui hotel, restoran, dan atraksi wisata. Namun, dengan kerusakan pada banyak lokasi wisata dan meningkatnya kekhawatiran tentang keamanan, jumlah wisatawan menurun drastis. Hal ini memberikan tekanan tambahan pada perekonomian lokal yang sudah tertekan.


Lebih jauh lagi, dampak dari kebakaran ini meluas ke sektor energi. Infrastruktur energi di kawasan tersebut, termasuk pembangkit listrik dan jaringan distribusi, mengalami kerusakan yang signifikan. Hal ini menyebabkan pemadaman listrik di beberapa daerah, yang pada gilirannya mengganggu operasi bisnis dan kehidupan sehari-hari. Selain itu, harga energi di wilayah tersebut melonjak, menambah beban bagi masyarakat dan bisnis yang sudah berjuang untuk pulih.


Dampak dari kebakaran ini tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi, tetapi juga memiliki implikasi sosial yang signifikan. Ribuan keluarga kehilangan rumah dan harta benda mereka, sementara komunitas lokal berjuang untuk menghadapi trauma dan ketidakpastian masa depan. Pemerintah dan organisasi kemanusiaan menghadapi tantangan besar dalam menyediakan bantuan dan dukungan bagi mereka yang terkena dampak. Selain itu, ketimpangan sosial yang sudah ada sebelumnya semakin diperburuk oleh bencana ini, dengan kelompok yang paling rentan, termasuk orang miskin dan minoritas, menjadi yang paling terdampak.


Kebakaran di Los Angeles juga menyoroti kerentanan Amerika Serikat terhadap bencana alam. Dengan perubahan iklim yang semakin memperburuk intensitas dan frekuensi bencana seperti kebakaran hutan, negara ini menghadapi tantangan besar dalam membangun ketahanan terhadap risiko ini. Kebakaran di LA adalah pengingat bahwa infrastruktur dan sistem ekonomi modern tetap rentan terhadap dampak bencana alam, dan bahwa upaya yang lebih besar diperlukan untuk memitigasi risiko ini di masa depan.

Dalam artikel ini, kami akan mengeksplorasi lebih lanjut dampak kebakaran di Los Angeles pada perekonomian Amerika Serikat. Kami akan membahas bagaimana bencana ini memengaruhi sektor-sektor utama, termasuk industri hiburan, logistik, pariwisata, dan energi. Selain itu, kami akan menganalisis faktor-faktor lain yang memperburuk situasi ini, termasuk inflasi, krisis energi, dan ketidakpastian geopolitik. Kami juga akan mengevaluasi respons pemerintah dan strategi pemulihan yang telah diambil sejauh ini, serta memberikan rekomendasi untuk memperkuat ketahanan ekonomi di masa depan.


Dampak Langsung pada Ekonomi Lokal

Los Angeles adalah rumah bagi banyak perusahaan multinasional, industri hiburan, dan pelabuhan besar yang menjadi pintu gerbang perdagangan internasional. Kebakaran besar ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik seperti gedung-gedung, jalan, dan fasilitas umum, tetapi juga menyebabkan penutupan operasi bisnis utama. Hal ini memicu peningkatan angka pengangguran, penurunan pendapatan pajak lokal, dan gangguan dalam rantai pasok global.

Menurut laporan dari Los Angeles Times (2025), kerugian ekonomi akibat kebakaran ini diperkirakan mencapai $150 miliar. Dampak ini mencakup kerusakan properti, hilangnya pendapatan perusahaan, serta biaya pemulihan dan rekonstruksi yang memakan waktu lama.


Efek Domino pada Perekonomian Nasional

Sebagai salah satu kota terbesar di Amerika Serikat, gangguan ekonomi di LA memiliki implikasi luas pada skala nasional. Beberapa sektor yang paling terdampak adalah:

1.   Industri Hiburan: Sebagai pusat perfilman dunia, gangguan pada studio dan fasilitas produksi di LA menyebabkan penundaan besar dalam proyek-proyek film dan televisi, yang pada akhirnya memengaruhi pendapatan nasional dari sektor hiburan.

2.  Transportasi dan Logistik: Pelabuhan Los Angeles dan Long Beach, yang menangani sekitar 40% impor barang ke Amerika Serikat, mengalami kerusakan parah. Akibatnya, terjadi lonjakan biaya logistik dan keterlambatan distribusi barang di seluruh negeri.

3. Pariwisata: Sebagai salah satu destinasi wisata utama, LA kehilangan jutaan wisatawan yang membatalkan kunjungan mereka. Hal ini berimbas pada sektor perhotelan, restoran, dan transportasi lokal.


Faktor Eksternal yang Memperburuk Situasi

Selain dampak langsung dari kebakaran, ada beberapa faktor eksternal yang memperparah kondisi perekonomian Amerika Serikat:

1.  Inflasi Tinggi: Amerika Serikat sudah mengalami tingkat inflasi yang tinggi sebelum bencana ini, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan akibat konflik global.

2.  Krisis Energi: Kebakaran juga memengaruhi infrastruktur energi di wilayah tersebut, menyebabkan peningkatan harga bahan bakar dan gangguan pasokan listrik.

3. Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan internasional dan perang dagang yang sedang berlangsung semakin memperburuk sentimen pasar dan mengurangi investasi asing.


Respon Pemerintah dan Strategi Pemulihan

Pemerintah federal telah mengalokasikan dana sebesar $200 miliar untuk pemulihan wilayah yang terkena dampak. Strategi ini mencakup:

1.    Rekonstruksi infrastruktur utama seperti jalan, jembatan, dan pelabuhan.

2.    Pemberian subsidi dan bantuan langsung kepada penduduk yang terdampak.

3.    Insentif pajak untuk mendorong perusahaan kembali beroperasi di wilayah tersebut.

Namun, beberapa ekonom mengkritik pendekatan pemerintah yang dianggap terlalu fokus pada pemulihan jangka pendek tanpa memperhatikan dampak jangka panjang pada defisit anggaran negara.


Kesimpulan

Kebakaran di Los Angeles telah membuka babak baru dalam tantangan ekonomi yang dihadapi Amerika Serikat. Dampaknya yang meluas, baik secara lokal maupun nasional, menunjukkan kerentanan sistem ekonomi modern terhadap bencana alam. Di tengah upaya pemulihan, pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk menciptakan strategi yang tidak hanya memulihkan kondisi ekonomi, tetapi juga memperkuat ketahanan terhadap bencana di masa depan. Semoga artikel singkat bermanfaat bagi kita. Tetap semangat berkarya, salam ilmiah! (NH)


Referensi:

  • Los Angeles Times. (2025). Economic impact of the LA fires. Retrieved from https://www.latimes.com
  • Smith, J. (2025). Resilience and recovery: Lessons from LA fires. New York: Economic Press.
  • World Bank. (2024). Global economic outlook. Washington, DC: World Bank Publications.
  • Bureau of Economic Analysis (BEA). (2025). Economic data report: California. Retrieved from https://www.bea.gov
  • National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). (2025). Impact of climate change on urban disasters. Retrieved from https://www.noaa.gov

 

DAFTAR ARTIKEL

BELAJAR, BERILMU, BERAMAL & BERIBADAH "Integritasmu Adalah Masa Depanmu" Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M E-mail : nurul.hud...