Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M
E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com
Pendahuluan
Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang menjadi bagian dari realitas ciptaan
Allah SWT. Dalam Islam, keduanya tidak hanya dipahami sebagai elemen fisik alam
semesta, tetapi juga sebagai tanda kekuasaan Allah dan sarana bagi manusia
untuk memahami tujuan hidup. Al-Qur'an dan hadis memberikan landasan konseptual
yang kaya tentang ruang dan waktu, baik dalam konteks duniawi maupun ukhrawi.
Artikel ini akan menganalisis ruang dan waktu dari sudut pandang Islam,
menjelaskan bagaimana keduanya membentuk pemahaman tentang eksistensi manusia
dan peranannya dalam menjalani kehidupan.
Ruang dan
Waktu sebagai Tanda Kekuasaan Allah SWT
Dalam Al-Qur'an, ruang dan waktu
sering disebutkan untuk mengingatkan manusia akan kebesaran Allah. Firman Allah
dalam Surah Al-Ankabut [29:20]:
"Katakanlah:
‘Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan
(makhluk) dari permulaannya; kemudian Allah menjadikannya sekali lagi.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.’”
Ayat ini menunjukkan pentingnya ruang
(bumi) sebagai tempat manusia merenungkan ciptaan Allah. Ruang di sini bukan
hanya sebatas dimensi fisik, tetapi juga sarana introspeksi spiritual.
Sementara itu, waktu disebutkan dalam
berbagai bentuk, seperti pagi dan petang, siang dan malam, serta tahun dan
bulan, yang semuanya merupakan ciptaan Allah. Dalam Surah Al-Asr [103:1-3],
Allah bersumpah dengan waktu:
"Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran
dan kesabaran."
Sumpah Allah atas waktu menegaskan
nilai urgensi dan tanggung jawab manusia terhadap setiap detik kehidupannya.
Dimensi
Relativitas Waktu dalam Islam
Konsep waktu dalam Islam tidak
bersifat linier seperti dalam pandangan Barat modern, melainkan fleksibel dan
multi-dimensional. Dalam Al-Qur'an Surah Al-Hajj [22:47], Allah berfirman:
"Sesungguhnya
sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu."
Ayat ini menggambarkan bahwa waktu di
dunia berbeda dengan waktu di akhirat. Konsep ini sejalan dengan temuan ilmiah
modern tentang relativitas waktu, sebagaimana dijelaskan dalam teori Einstein.
Relativitas waktu dalam Islam memperkuat keyakinan bahwa kehidupan dunia
hanyalah sementara dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang abadi.
Ruang dan
Waktu dalam Perspektif Kehidupan Dunia dan Akhirat
Islam mengajarkan bahwa ruang dan
waktu adalah amanah yang harus dimanfaatkan untuk menjalani kehidupan yang
penuh ketaatan. Rasulullah SAW bersabda:
"Manfaatkan
lima perkara sebelum datang lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu
tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang
waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu, dan hidupmu sebelum
datang matimu." (HR.
Al-Hakim).
Hadis ini menegaskan pentingnya
manajemen waktu sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Waktu yang diberikan Allah harus dimanfaatkan untuk beribadah, bekerja, dan
berkontribusi kepada masyarakat.
Ruang dalam Islam tidak hanya dipahami
sebagai tempat fisik, tetapi juga tempat di mana keberkahan Allah diturunkan.
Misalnya, Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsa disebut sebagai
ruang suci yang memiliki dimensi spiritual luar biasa. Dalam konteks kehidupan
sosial, ruang juga menjadi tempat manusia untuk berinteraksi dan menyebarkan
kebaikan.
Kesimpulan:
Ruang dan Waktu sebagai Modal Kehidupan Menuju Allah
Ruang dan waktu dalam Islam adalah
bagian dari sistem penciptaan yang sempurna. Allah SWT menjadikan keduanya
sebagai ujian dan sarana bagi manusia untuk mencapai ridha-Nya. Ruang dan waktu
tidak hanya berfungsi secara fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang
mendorong manusia untuk merenungkan kebesaran Allah, mengatur kehidupan, dan
mempersiapkan diri menuju akhirat.
Pemahaman tentang ruang dan waktu
dalam Islam mengajarkan manusia untuk memanfaatkannya secara optimal, tidak
hanya untuk kepentingan duniawi tetapi juga untuk bekal di akhirat. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Az-Zumar [39:10]:
"Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Pahala tanpa batas inilah yang menjadi
tujuan akhir manusia dalam perjalanan ruang dan waktu yang fana ini. Semoga artikel singkat ini bermanfaat. Tetap semangat berkarya, salam ilmiah! (NH)
Referensi:
- Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin.
- Al-Qur’an dan Terjemahannya.
- Einstein, A. (1915). Relativity:
The Special and the General Theory.
- Ibn Kathir, Tafsir Al-Qur'an
Al-Azim.
- Sahih Al-Bukhari dan Sahih
Muslim.
- Yusuf Al-Qaradawi, Fiqh
Al-Zakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar