Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Minggu, 22 Desember 2024

CERITA INSPIRATIF: KETELADANAN PETANI VS. KEHILANGAN JEJAK PROFESOR


Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com


 

Di sebuah desa kecil yang tenang, dikelilingi sawah hijau dan pepohonan rindang, hiduplah seorang petani sederhana bernama Pak Sanawa. Dengan pakaian lusuh dan topi jerami setia yang melindunginya dari terik matahari, ia bekerja keras setiap hari di sepetak sawah miliknya. Hasil panennya cukup untuk sekadar bertahan hidup, tetapi jauh di lubuk hatinya, ia menyimpan mimpi besar: melihat anak semata wayangnya, yang diberi nama Kuwung-kuwung, meraih pendidikan tinggi dan hidup lebih baik darinya.


Setiap pagi, setelah fajar menyingsing, Pak Sanawa tak hanya sibuk dengan cangkul dan bajaknya. Ia juga menjadi sosok ayah yang penuh dedikasi, mengantar Kuwung-kuwung ke sekolah dengan sepeda tuanya yang berderit di sepanjang jalan tanah. Sambil mengayuh sepeda, ia sering berkata dengan suara yang penuh keyakinan, "Nak, ilmu itu seperti benih. Jika kau tanam dan rawat dengan cinta, kelak akan tumbuh menjadi pohon yang memberikan buah melimpah."


Kata-kata sederhana itu tertanam kuat dalam hati Kuwung-kuwung. Ia tahu, di balik peluh yang menetes dan tubuh lelah ayahnya, ada harapan yang besar. Setiap malam, ketika Kuwung-kuwung belajar dengan cahaya lampu minyak, ia sering mendengar suara Pak Sanawa bekerja hingga larut malam, menenun tikar tambahan untuk dijual di pasar. Kuwung-kuwung tumbuh menjadi anak yang rajin dan gigih. Ia tidak hanya belajar demi dirinya sendiri, tetapi juga demi membalas perjuangan ayahnya. Hasilnya, ia selalu menjadi juara kelas, membuat gurunya terkesan dan teman-temannya bangga.


Waktu berjalan cepat, Kuwung-kuwung akhirnya lulus dengan nilai terbaik di sekolah dasar, lalu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Beasiswa demi beasiswa ia dapatkan, hingga ia diterima di universitas ternama. Pak Sanawa, meski hanya seorang petani, berdiri dengan bangga di antara orang tua lainnya saat menyaksikan Kuwung-kuwung diwisuda sebagai seorang sarjana di bidang pertanian.


Kisah Pak Sanawa adalah bukti nyata bahwa cinta, kerja keras, dan doa mampu mengubah kehidupan. Namun, di sisi lain kota besar yang gemerlap, ada kisah yang berbeda. Dr. Raja Kam-kam, seorang profesor terkenal dengan rumah mewah dan fasilitas lengkap, memiliki seorang anak bernama Raja Sayya. Segala hal yang diimpikan banyak orang telah ia miliki: uang, kehormatan, dan jaringan luas. Ia berharap Raja Sayya dapat meneruskan jejaknya sebagai akademisi ternama.


Namun, Raja Sayya tumbuh tanpa semangat yang sama. Dr. Raja Kam-kam terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jarang pulang tepat waktu, dan lebih sering menggantikan kehadirannya dengan hadiah-hadiah mahal. Baginya, uang dan fasilitas sudah cukup untuk menjamin masa depan anaknya. Tapi Raja Sayya justru merasa hampa. Ia tidak melihat sosok ayah yang menjadi teladan, hanya seorang pria sibuk yang menganggap pendidikan adalah kewajiban, bukan perjalanan penuh makna.


Raja Sayya lebih senang menghabiskan waktunya bersenang-senang dengan teman-temannya daripada menyentuh buku. Gelar profesor ayahnya tidak menjadi inspirasi, melainkan beban. Di malam-malam sunyi, Dr. Raja Kam-kam sering termenung di ruang kerjanya yang penuh buku tebal. Dalam hati ia bertanya, "Mengapa dengan segala yang kupunya, aku tak mampu menanamkan semangat seperti yang dimiliki Kuwung-kuwung, anak seorang petani?"


Kisah ini adalah pengingat bahwa pendidikan sejati tidak ditentukan oleh fasilitas atau kekayaan, melainkan oleh keteladanan, kasih sayang, dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini. Pak Sanawa, meski sederhana, mampu mengajarkan arti mimpi dan perjuangan. Sementara Dr. Raja Kam-kam, dengan segala kelebihannya, gagal menyalakan api semangat dalam diri anaknya.


Hidup mengajarkan kita bahwa menjadi teladan adalah hadiah terbesar yang bisa diberikan seorang orang tua. Seperti benih yang dirawat dengan cinta, pendidikan terbaik tumbuh dari hati, bukan dari harta. Semoga cerita singkat ini menginspirasi. Tetap semangat berkarya, salam ilmiah! (NH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAFTAR ARTIKEL

BELAJAR, BERILMU, BERAMAL & BERIBADAH "Integritasmu Adalah Masa Depanmu" Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M E-mail : nurul.hud...