Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M
E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com
Di sebuah sudut
desa terpencil bernama Ollot II, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara (Bolmut), Sulawesi Utara, tersimpan sebuah kisah luar biasa.
Ini bukan sekadar cerita tentang perjuangan akademik, melainkan sebuah bukti
nyata tentang kasih sayang, pengorbanan, dan kekuatan cinta keluarga.
Sri Wulandari
Lomuli, yang akrab disapa Wulan, baru saja mengukir sejarah dalam hidupnya. Ia
meraih gelar Sarjana Peternakan (S.Pt.) dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat)
Manado. Namun, perayaan kelulusannya tidak dihiasi gemerlap pesta atau gedung
mewah. Ia memilih sesuatu yang lebih berarti: berfoto di depan gubuk sederhana
milik keluarganya, sebuah simbol perjuangan hidup yang sarat makna.
Ayah Wulan
adalah seorang petani dengan keterbatasan penglihatan. Namun, keterbatasan itu
tidak menghalanginya menjadi tulang punggung keluarga. Dengan tangan kasar yang
akrab dengan tanah dan cangkul, ia menanam harapan di setiap bulir panen untuk
membiayai pendidikan anaknya. Dalam diam dan kerja kerasnya, ia memupuk impian
besar Wulan untuk menuntut ilmu.
Usai
menyelesaikan sidang skripsinya, Wulan tak menunggu lama untuk pulang. Dengan
toga yang masih ia kenakan, ia berdiri di depan rumah kecil mereka. Ia mengucap
syukur kepada Tuhan dan terima kasih yang mendalam kepada orang tuanya. Air
mata mengiringi setiap kata yang ia lontarkan.
"Terima
kasih, Papa Mama, atas segala dukungan dan doa. Ini bukan hanya gelar saya,
tetapi gelar kita semua," tulis Wulan dalam unggahan yang menyentuh hati banyak orang.
Kisah ini
menyebar cepat di media sosial, menggerakkan hati ribuan netizen. Komentar haru
dan doa mengalir deras untuk keluarga sederhana ini. Namun, lebih dari sekadar
viral, kisah ini menjadi refleksi mendalam tentang arti perjuangan dan cinta.
Keterbatasan
fisik sang ayah bukanlah hambatan. Ia adalah simbol keteguhan yang
menginspirasi kita semua. Dalam gubuk kecil itu, ia membuktikan bahwa cinta
orang tua adalah bahan bakar paling kuat untuk menghadapi badai kehidupan.
Pelajaran dari
Wulan dan Ayahnya
Kisah Wulan
mengajarkan kita bahwa keberhasilan bukan semata soal materi. Keberhasilan
adalah hasil dari kerja keras, doa tanpa henti, dan kasih sayang tulus yang tak
tergantikan. Pendidikan bukan hanya tentang gelar, tetapi tentang menghargai
setiap langkah perjuangan yang telah membawa kita ke sana.
Dalam dunia
yang sering kali memuja kemewahan, kisah Wulan dan ayahnya menjadi pengingat
bahwa nilai sejati tidak diukur dari apa yang kita miliki, melainkan dari
seberapa besar kita menghargai pengorbanan orang-orang yang mencintai kita
tanpa syarat.
Penutup
Dari gubuk
kecil itu, harapan besar tumbuh dan menyentuh dunia. Wulan dan keluarganya
adalah cermin keberanian dan keteguhan, yang mengingatkan kita untuk tidak
pernah meremehkan kekuatan cinta dan doa.
Mari belajar
dari mereka. Apapun tantangan yang kita hadapi, jangan pernah lupa bahwa di
balik setiap langkah kita ada cinta dan doa dari mereka yang menginginkan kita
mencapai langit, meski mereka sendiri berdiri di tanah yang sederhana. Semoga
kisah ini mengeinspirasi kita semua. Tetap semangat, salam ilmiah! (NH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar