Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Senin, 23 Desember 2024

REFLEKSI ISLAM TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

 Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com


Pendahuluan

Bayangkan sejenak, berdiri di tengah malam yang sunyi, menatap langit yang dihiasi miliaran bintang. Di hadapan keagungan itu, kita sering kali merasa kecil, seperti setitik debu yang hanyut dalam samudera luas tak bertepi. Namun, apakah manusia benar hanya sekecil itu di mata Sang Pencipta? Ataukah di balik kerapuhan fisik dan keterbatasannya, manusia menyimpan peran yang lebih besar dalam harmoni alam semesta ini?

Islam, dengan kebijaksanaan Al-Qur'an dan hadits, menghadirkan perspektif yang menggugah tentang hubungan manusia dan alam semesta. Alam raya bukan sekadar latar belakang kehidupan, melainkan ayat-ayat yang berbicara tentang kebesaran Allah. Langit yang bertabur bintang, bumi yang penuh keajaiban, hingga detail terkecil dari diri manusia sendiri adalah bukti nyata yang mengajak kita untuk merenung dan memahami makna eksistensi.

Di dalam Al-Qur'an, manusia disebut sebagai "khalifah" di bumi, makhluk yang ditugaskan untuk menjaga, memakmurkan, dan merawat ciptaan Allah. Namun, tugas ini bukanlah panggung untuk kesombongan. Justru, kesadaran akan kecilnya diri di tengah hamparan alam semesta menjadi pengingat betapa besar kuasa dan kasih sayang Allah yang menciptakan kita dengan tujuan yang jelas.

Artikel ini akan mengupas bagaimana Islam memandang manusia di tengah keagungan alam semesta, mengapa kesadaran akan posisi kita penting untuk membangun sikap rendah hati, dan bagaimana refleksi ini dapat membawa kita mendekat kepada Sang Pencipta. Dari kegelapan ruang angkasa hingga cahaya iman dalam hati, mari bersama-sama mengeksplorasi refleksi mendalam tentang manusia dan alam semesta dalam bingkai Islam.

Al-Qur'an tentang Keagungan Alam Semesta

Al-Qur'an seringkali mengarahkan perhatian manusia kepada penciptaan langit dan bumi sebagai tanda kebesaran Allah. Dalam Surah Al-Mulk ayat 3, Allah berfirman:

الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ 

"Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"

Ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan keteraturan dan kesempurnaan alam semesta. Dalam perspektif Islam, langit yang luas, bintang-bintang yang bertaburan, dan galaksi yang tak terhingga jumlahnya adalah bukti kebesaran Sang Pencipta. Allah mengingatkan manusia bahwa sekalipun kecil, mereka adalah makhluk yang diberi akal untuk memahami tanda-tanda kebesaran-Nya.

Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Meskipun manusia hanyalah "setitik debu" dalam skala kosmos, Islam menempatkan manusia pada posisi yang sangat istimewa. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 30, Allah berfirman:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ 

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'"

Sebagai khalifah, manusia diberikan tanggung jawab untuk menjaga dan memakmurkan bumi. Tugas ini mencakup menjaga keseimbangan alam, mengelola sumber daya dengan bijak, dan menyebarkan kebaikan. Kesadaran akan kecilnya diri manusia di tengah alam semesta seharusnya mendorong sikap rendah hati, bukan keangkuhan.

Asal Usul Manusia dalam Perspektif Islam dan Sains

Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan ditiupkan ruh oleh Allah (Surah Sad: 71-72). Dalam konteks sains, tubuh manusia terdiri dari unsur-unsur yang juga ditemukan di bintang-bintang, seperti karbon, oksigen, dan nitrogen. Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa kita adalah bagian dari ciptaan Allah yang saling terhubung.

Menurut hadits Rasulullah SAW:

"Allah telah menulis takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi." (HR. Muslim No, 2653)

Hadits ini menunjukkan bahwa keberadaan manusia telah direncanakan dengan sangat teliti oleh Allah, bahkan sebelum alam semesta tercipta. Ini menguatkan keyakinan bahwa meskipun kecil, manusia memiliki tujuan dan peran yang besar dalam rencana Allah.

Ruang dan Waktu dalam Islam

Konsep ruang dan waktu dalam Islam bersifat relatif, sebagaimana juga diakui dalam teori relativitas Einstein. Dalam Surah Al-Ma'arij ayat 4, disebutkan:

تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍۚ

"Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun."

Ayat ini menunjukkan bahwa waktu di sisi Allah berbeda dengan waktu yang kita pahami. Luasnya alam semesta dan perjalanan bintang-bintang mengingatkan kita bahwa waktu dan ruang adalah ciptaan Allah yang berada di bawah kendali-Nya.

Rasa Syukur dan Tanggung Jawab

Kesadaran bahwa kita hanyalah setitik debu di antara bintang-bintang seharusnya melahirkan rasa syukur mendalam kepada Allah. Dalam Surah Ibrahim ayat 34, Allah berfirman:

وَاٰتٰٮكُمۡ مِّنۡ كُلِّ مَا سَاَلۡـتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَـظَلُوۡمٌ كَفَّارٌ

"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya."

Sebagai makhluk kecil di tengah ciptaan-Nya yang luas, manusia diingatkan untuk tidak sombong dan selalu bersyukur atas nikmat kehidupan. Selain itu, manusia juga diingatkan untuk menjaga hubungan baik dengan sesama makhluk, baik manusia, hewan, maupun alam.

Kesimpulan

Dalam sudut pandang Islam, manusia mungkin kecil di antara bintang-bintang, tetapi mereka memiliki peran besar sebagai khalifah di bumi. Kesadaran akan kecilnya diri seharusnya mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, menjaga alam semesta, dan menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab. Alam semesta yang luas adalah tanda kebesaran Allah, dan manusia adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna. Semoga artikel singkat ini bermanfaat. Tetap semangat berkarya, salam ilmiah! (NH)

Referensi:

  1. Al-Qur'anul Karim.
  2. Carroll, B. W., & Ostlie, D. A. (2017). An Introduction to Modern Astrophysics. Pearson.
  3. Muslim, Sahih Muslim.
  4. NASA. (2023). Universe Size. Retrieved from https://www.nasa.gov
  5. Sagan, C. (1994). Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space. Random House.
  6. Tafsir Ibnu Katsir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DAFTAR ARTIKEL

BELAJAR, BERILMU, BERAMAL & BERIBADAH "Integritasmu Adalah Masa Depanmu" Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M E-mail : nurul.hud...