Oleh : Nurul Huda, S.E., M.M | Sumber Foto : Dokpri |
Untuk memahami suatu budaya dan untuk lebih memastikan
secara lengkap nilai-nilai dan perilaku nyata dari suatu kelompok, perlu
diketahui asumsi yang mendasarinya, yang menentukan bagaimana para anggota
kelompok berpersepsi, berpikir dan merasakan. Asumsi tersebut merupakan reaksi
yang dipelajari semula sebagai nilai-nilai yang didukung (espoussed value), tetapi
ketika nilai menyebabkan perilaku dan ketika perilaku tersebut mulai memecahkan
masalah, maka nilai itu ditransformasikan menjadi asumsi dasar tentang
bagaimana sesuatu itu sesungguhnya (Schein 1991).
Definisi formal yang diterima sebagai suatu definisi
klasik tentang budaya organisasi menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan
pola asumsi-asumsi dasar dan bentukan, temuan atau pengembangan oleh suatu
kelompok orang yang telah bekerja cukup baik untuk mengatasi masalah-masalah
adaptasi eksternal maupun internal, sehingga dianggap perlu diajarkan pula
kepada para anggota baru sebagai cara yang benar dalam memandang, berfikir dan
merasa tentang masalah-masalah yang dihadapi (Schein 1991).
Nimran (1997 : 135) mengatakan bahwa :
Dalam hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya dimana ia berada, seperti
nilai-nilai, keyakinan dan perilaku sosial/masyarakat, yang kemudian
menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga akan
terjadi bagi anggota organisasi dengan segala nilai keyakinan dan perilakunya
dalam organisasi, yang kemudian menciptakan budaya organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa budaya
organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para
anggota organisasi, termasuk mereka yang ada di dalam hierarki organisasi,
sehingga budaya organisasi tersebut sangat penting perannya dalam mendukung
terciptanya suatu organisasi yang efektif. Lebih spesifik lagi, budaya
organisasi dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikatan pribadi
dengan organisasi sekaligus menyajikan pedoman perilaku kerja.
Budaya organisasi akan mencerminkan sifat-sifat atau
ciri-ciri yang dirasa terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul karena
kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap
mempengaruhi perilaku, sehingga budaya yang ada pada perusahaan dapat dipandang
sebagai kepribadian organisasi (Steers 1995). Ciri-ciri tersebut bisa berupa
peraturan kebijaksanaan, sistem pemberian hadiah, dan misi organisasi (Sujak
1990). Adanya kondisi yang demikian, maka organisasi akan cenderung untuk
menarik dan akan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan budaya
organisasinya, agar dalam tingkat tertentu polanya dapat langgeng. Demikian
pula sebaliknya, orang-orang yang ada didalam organisasi akan cenderung untuk
memilih budaya organisasi yang disukai.
Banyak pengertian budaya organisasi yang disampaikan para
ahli organisasi, dan masing-masing memiliki penekanan yang berbeda akan tetapi
maknanya sama.
Budaya organisasi merupakan suatu pola asumsi dasar yang
diciptakan, dipahami, atau dikembangkan oleh suatu kelompok untuk menyelesaikan
masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal yang
difungsikan dengan baik untuk mempertimbangkan manfaat, dan oleh karena itu harus
disampaikan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk bersikap,
berpikir dan merasakan dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut (Luthans
1998).
Budaya organisasi, dapat diartikan juga sebagai suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu dan menjadi
suatu sistem dari makna bersama (Robbin 1996). Budaya organisasi mengacu pada
pandangan hidup dalam suatu organisasi (Hatch 1997).
Budaya berkaitan juga dengan makna bersama, nilai, sikap
dan keyakinan (Nicholson 1997). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa
jantung dari suatu organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan dan penghdari
seluruh individu anggota organisasi mulai pucuk pimpinan sampai front lines
(Juechter et al., 1998). Dengan demikian, tidak ada aktivitas manajemen yang
dapat melepaskan diri dari budaya (Hofstede 1984).
Budaya organisasi bisa dirasakan keberadaannya melalui
perilaku anggota/ karyawan di dalam organisasi itu sendiri. Kebudayaan tersebut
memberikan pola cara-cara berpikir, merasa, menanggapi dan menuntun para
anggota organisasi dalam mengambil keputusan maupun kegiatan-kegiatan lainnya
dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi akan berpengaruh pada
perilaku individu serta kelompok di dalam organisasi, serta akan berpengaruh pula
pada prestasi individu tersebut, dan sekaligus secara bersama-sama akan
berpengaruh pada efektif-tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi (Mohyi
1999).
Budaya organisasi menjadi sangat berarti bagi
kelangsungan hidup organisasi terutama bila dikaitkan dengan upaya organisasi
untuk mengatasi berbagai masalah dalam adaptasi atas berbagai perkembangan dan
perubahan eksternal dan integrasi terhadap kekuatan internal (Schein dalam
Hatch 1997)
Budaya organisasi dapat membantu kinerja karyawan, karena
dapat menciptakan suatu motivasi bagi karyawan untuk memberikan kemampuan
menciptakan suatu motivasi bagi karyawan untuk memberikan kemampuan terbaiknya
dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasi. Barney &
Wilson (dalam Dara 1998 : 19) menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianut bersama
membuat karyawan nyaman bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan, serta membuat
karyawan berusaha lebih keras untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja
serta mempertahankan keunggulannya. Demikian artikel singkat ini semoga bermanfaat. Aamiin...