Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Senin, 06 April 2020

Analisis Laporan Keuangan

Dokpri | Nurul Huda

Pengambilan keputusan yang tepat adalah kunci keberhasilan seorang manajer. Keputusan dalam bidang keuangan bisa terdiri dari berbagai bentuk, namun keputusan yang baik harus dihubungkan dengan kelemahan dan kekuatan perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu alat  untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
Agar supaya laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu berbagai pihak dalam pengambilan keputusan, maka laporan keuangan harus dianalisis terlebih dahulu. Hasil analisis  tersebut merupakan dasar untuk mengintepretasikan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
Kata analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit kecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba Rugi, Arus Kas (dana). Jadi analisis laporan keuangan merupakan suatu proses dalam upaya mencari hubungan antara berbagai pos yang ada dalam laporan keuangan perusahaan (Harahap, 2001).
Woefel (1995) berpendapat bahwa analisis laporan keuangan  merupakan suatu proses yang berguna untuk memeriksa keuangan masa lalu dan masa sekarang dengan tujuan mengevaluasi performa dan mengestimasi risiko serta potensi di masa depan. Bernstein (1983) mengemukakan bahwa analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan mempelajari hubungan-hubungan di dalam suatu set laporan keuangan pada suatu saat tertentu dan kecenderungan-kecenderungan dari hubungan ini sepanjang waktu. Helfert (1982) analisis laporan keuangan merupakan alat yang digunakan dalam memahami masalah dan peluang yang terdapat dalam laporan keuangan.
Berdasar pada definisi tersebut diatas disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan diperlukan suatu metode-metode analisis sehingga dapat diperoleh suatu hasil analisis yang akurat mengenai posisi keuangan perusahaan di masa lalu dan digunakan untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan  perusahaan di masa yang akan datang dengan mendasarkan pada posisi keuangan perusahaan yang ada pada laporan keuangan perusahaan.
Tujuan analisis laporan keuangan perusahaan adalah mengadakan penilaian atas keadaan keuangan dan potensi atau kemajuan suatu perusahaan dengan mempelajari angka-nagka yang terdapat dalam laporan keuangan dan mencari hubungan sebab akibat (Farid Djahidin, 1982). Semoga artikel singkat ini memberikan manfaat. Aamiin.

Mendesain Kampus Masa Depan Dengan Digitalisasi Pendidikan

Dokpri | Nurul Huda

Kampus masa depan adalah kampus yang merevolusi institusinya dengen segala macam perubahan. Lahirnya sistem yang baru yang kita kenal dengan sebutan generasi 4.0 telah merubah tatanan dunia baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Kampus yang merupakan pusat ilmu pengetahuan dengan berbagai disiplin ilmunya mau tidak mau harus berbenah dan mampu menyesuaikan dengan keadaan sekarang yang serba cepat, tepat dan akurat dalam mengolah sistem informasi manajemennya.
Setiap perubahan teknologi dan informasi yang begitu cepat, pesat dan sudah berjalan sekarang ini para pengelola perguruan tinggi harus mulai memikirkan dan mengantisipasi bagaimana bisa bertahan pada era digitalisasi di zaman milenial ini. Pengelola Perguruan Tinggi harus mempersiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkwalitas, handal dan profesional, tenaga pengajar dan pendidiknya untuk bisa mengikuti digitalisasi pendidikan dan keinginan pasar saat ini yaitu para mahasiswa zaman sekarang agar tidak ketinggalan teknologi karena mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan negeri ini, yang akan membawa perubahan negeri ini ke arah peradaban baru yaitu peradaban era digitalisasi.
Strategi Dosen para pengajar dan pendidik harus benar-benar kreatif, inovatif agar bisa bertahan pada profesinya sebagai tenaga pengajar dan pendidik. Dunia digital saat ini terus berevolusi sebagaimana hadirnya aplikasi mesin pencari atau search engine yang bisa menyajikan materi pembelajaran dan tutorialnya yang tersedia oleh adanya jaringan big data dan cloud computing. Perilaku mahasiswa di era revolusi 4.0 sudah berbeda jauh 1800 dengan perilaku mahasiswa zaman dulu, mereka lebih senang dan aktif menggunakan gadgetnya daripada membawa buku yang tebal dan berat. Mahasiswa lebih tertantang jika Dosen memberikan tugas yang harus dicari jawabannya melalui akses ke big data dan cloud computing.
Digitalisasi pendidkan telah memicu sistem pendidikan nasional kita, salah  satu contoh yang diterapkan di negara Perancis dengan Flexible Learning, Coursera, e-Learning. Munculnya integrasi antara pendidikan dengan teknologi dapat merevolusi proses kegiatan belajar mengajar. Kecanggihan dan security sebuah aplikasi akan menjadi pangkal dari digitalisasi pendidikan di Indonesia.
Saatnya kampus berbenah bahwa merevolusi institusi  samahalnya menyiapkan pendidikan masa depan Indonesia kearah yang lebih handal dan lulusannya mampu menembus batas dunia dengan segala kemampuan yang dimiliki baik hard skill maupun soft skill, terdepan dalam pengembangan keilmuan, ketaqwaan dan memiliki akhlakul karimah. Demikian artikel singkat ini semoga bermanfaat.

Faktor Penting Untuk Mencapai Suksesnya Usaha Melalui Konsep dan Proses Pemasaran

Dokpri | Nurul Huda

Perusahaan yang sudah mulai mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut sebagai konsep pemasaran (marketing concept). Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen.
Menurut Basu Swasta (1997) konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Sedangkan menurut Kotler (2000) konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasional yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.
Konsep pemasaran dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar, yaitu:
  • Seluruh perencanaaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada konsumen atau pasar
  • Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri
  • Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan secara organisasi.
Basu Swasta (1997) menjelaskan unsur-unsur konsep pemasaran sebagai berikut:
  • Orientasi Pada Konsumen
  • Perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen harus menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dijadikan sasran penjualan, produk dan program pemasarannya. Karena perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhan pokok konsumen, maka perusahaan harus memilih kelompok pembeli tertentu, bukan kebutuhan tertentu dari kelompok pembeli tersebut.
  • Penyusunan Kegiatan Pemasaran Secara Integral
  • Pengintegrasian kegiatan pemasar berarti bahwa setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi antar produk, harga, aliran distribusi dan promosi untuk menciptakan hubungan pertukaran yang kuat dengan konsumen. Artinya, harga jual harus sesuai dengan kualitas produk, promosi harus disesuaikan dengan saluran distribusi dan sebagainya. Usaha ini perlu dikoordinasikan dengan tepat.
  • Kepuasan Konsumen
  • Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapat laba ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang dapat dipenuhi. Ini tidaklah berarti bahwa perusahaan harus memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.
Untuk memenuhi tanggung jawab mereka, para manajer pemasaran menjalani suatu proses pemasaran. Menurut Kotler (2000) Proses pemasaran terdiri dari analisis peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran.
  • Menganalisis peluang pasar
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menganalisis peluang pasar adalah mengidentifikasi peluang jangka panjang potensial berdasarkan pengalaman pasar dan kompetensi intinya.untuk mengevaluasi peluangnya, harus dilakukan suatu riset pemasaran dan sistem informasi pemasaran yang handal.
  • Mengembangkan strategi pemasaran
Suatu strategi pemasaran haruslah disesuaikan dengan peluang dan tantangan global yang selalu berubah-ubah. Pilihan strategi akan tergantung pada apakah perusahaan memainkan sebagai pemimpin pasar, penantang, pengikut, atau pencari celah pasar.
  • Merencanakan program pemasaran
Untuk mengubah strategi pemasaran menjadi program pemasaran, seorang manajer pemasaran harus membuat keputusan mendasar mengenai pengeluaran pemasaran, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran.
  • Mengelola usaha pemasaran
Langkah terakhir dalam proses pemasaran adalah mengorganisasikan sumber daya pemasaran dan kemudian menerapkan serta mengendalikan rencana pemasaran. Perusahaan harus membuat sebuah organisasi pemasaran yang mampu menerapkan rencana pemasaran.
Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga memberikan manfaat. Aamiin.

Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan

Dokpri | Nurul Huda

Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Munawir (1997) ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu metode analisis horisontal dan metode analisis vertikal. (1) Metode analisis horisontal, adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan akan diketahui perkembangannya, metode horisontal ini disebut juga sebagai metode analisis dinamis; (2) Analisis vertikal, adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode, yaitu dengan memperbandingkan antar pos yang satu dengan yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
  1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
  2. Trend atau tendensi posisi, adalah metode dan teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
  3. Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement, adalah metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
  4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
  5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas dalam periode tertentu.
  6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
  7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu.
  8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan demikian analisis ini juga diketahui tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan (Munawir, 1997).
Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga memberikan manfaat. Aamiin.

Menilai Kinerja Karyawan

Dokpri | Nurul Huda

Beberapa isu penting dalam penilaian kinerja adalah kebenaran dari sistem penilaian, sikap manajer dan karyawan, tujuan, frekuensi, sumber data penilaian dan pelatihan penilai serta metode atau format penilaian. Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000: 67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai  dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Beberapa format penilaian menurut Cascio (1992) difokuskan pada perilaku karyawan, format lainnya membandingkan kinerja karyawan dengan karyawan lainnya (sehingga disebut sistem penilaian relatif) atau mengevaluasi setiap karyawan dalam syarat-syarat standar kinerja tanpa mengacu pada karyawan lainnya (sehingga disebut sistem penilaian absolut). Format penilaian lainnya ditekankan terutama pada apa yang dihasilkan oleh seorang karyawan (sehingga disebut sistem yang berorientasi hasil). Format penilaian yang menggunakan pendekatan orientasi hasil ini adalah management by objectives (MBO).
Untuk menilai kinerja karyawan, perlu tersedia data yang akurat mengenai sejumlah potensi yang dimiliki karyawan sehingga menghasilkan data yang konsisten (terpercaya) dan dianggap benar agar dapat diukur (valid). Sistem penilaian yang terpercaya menghasilkan penilaian yang sama dalam menilaii karyawan bukan hanya pada saat melakukan penilaian, tetapi juga tidak melakukan penilaian secara formal, hasilnya akan sama karena prosedurnya sama dan terpercaya. Untuk itu perlu ada kriteria dan standar kinerja.
Kriteria kinerja harus dikaitkan dengan pekerjaan yang dengan mudah dilakukan melalui analisis jabatan. Kontribusi karyawan terhadap organisasi kemudian dievaluasi berdasarkan kriteria tersebut dan mencapai hasil berdasarkan ketentuan dalam analisis pekerjaan. Kriteria penilaian kinerja yang paling populer menurut Robbins (1996) adalah berdasarkan hasil tugas individual, perilaku dan ciri.
Standar adalah suatu aturan untuk mengukur atau mengevaluasi sesuatu (Bebko & Collella 1994). Standar kinerja harus ditentukan untuk mengukur seberapa baik karyawan berkinerja yang merupakan hasil dari analisis pekerjaan. Menurut Werther & Davis (1989), standar mempunyai dua fungsi, pertama, menjadi target yang diupayakan karyawan. Tantangan atau kebanggaan mencapai tujuan membantu memotivasi karyawan. Sekali standar ditentukan karyawan berusaha menyelesaikan dan merasa berprestasi. Kedua, standar adalah kriteria mengenai pengukuran keberhasilan kerja. Dengan menggunakan standar, kriteria kinerja mempunyai jarak nilai.
Tidak ada format tunggal penilaian kinerja yang dapat digunakan oleh setiap organisasi. Setiap rancangan tergantung pada budaya organisasi. Dengan demikian dimensi pekerjaan karyawan yang akan dinilai tergantung pada budaya organisasi dan jenis serta tingkat pekerjaan dalam organisasi yang bersangkutan. Menurut Ricciardi (1996) dalam Nurfarhati (1999) suatu penilaian kinerja menyeluruh harus mengukur kemampuan menghasilkan output yang benar dengan cara yang benar, tepat waktu dalam satu upaya.
Heneman III et al. (1981) dalan Nurfarhati (1999) mengemukakan empat dimensi pekerjaan, yaitu: (1) kualitas pekerjaan, (2) kuantitas pekerjaan, (3) inisiatif dalam pekerjaan, dan (4) peluang untuk dapat dipromosikan pada tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Maier (dalam As’ad 1998) kriteria ukuran kinerja seorang karyawan adalah: (1) kualitas, (2) kuantitas, (3) waktu yang dipakai, (4) jabatan yang dipegang, (5) absensi, (6) keselamatan dalam menjalankan tugas pekerjaan. Dan Mitchell & Larson (1991) mengajukan lima bidang kinerja yaitu: (1) kualitas kerja, (2) ketepatan waktu, (3) inisiatif, (4) kapabilitas, dan (5) komunikasi. Sedangkan Benardin et al. (1998) menyebutkan kinerja seseorang dapat dijelaskan melalui enam aspek nilai, yaitu: (1) kuantitas, (2) kualitas, (3) jangka waktu, (4) penghematan biaya, (5) kebutuhan pengawasan, (6) pengaruh interpersonal.
Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga memberikan manfaat. Aamiin.

Persepsi Konsumen Terhadap Pembelian Produk

Dokpri | Nurul Huda

Sebelum melakukan pembelian, dalam benak konsumen telah tergambar berbagai katagori jasa yang dibutuhkan. Sangat memungkinkan terjadinya perubahan pengambilan keputusan jika terdapat informasi yang lebih akurat, yang pada akhirnya akan mengakibatkan perubahan sikap terhadap pengguanan jasa tertentu. Pemasar atau pramuniaga perlu bekerja keras  untuk menyampaikan pesan-pesan mereka kepada konsumen atau pelanggan,  yang intinya untuk memberikan arah bagi konsumen dalam memperoleh  informasi yang diterima dan pada akhirnya akan mengambil keputusan untuk melakukan suatu  tindakan yang didasarkan pada informasi dari berbagai sumber untuk memperkecil resiko yang akan terjadi. Konsumen akan menggunakan jasa tersebut bila dalam diri konsumen sudah mempunyai persepsi terhadap suatu jasa tersebut akan memuaskan informasi.
Pengertian persepsi menurut Bayus dalam Kotler (1993) adalah persepsi seorang individu memilih, pengorganisasian dan menafsirkan masukakan-masukan informasi.
Pengertian persepsi menurut Toha (1995) adalah proses kognitif (pengamatan) yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, penciuman, pendengaran, penghayatan dan pengamatan.
Dalam aktivitas sehari-hari, pada dasarnya konsumen akan berusaha untuk mengelompokkan informasi dan berbagai sumber sehingga diperoleh pemahaman secara lebih terperinci terhadap informasi yang diterima oleh panca indra.
Badan usaha dalam memasarkan produk hendaknya selalu dikaitkan dengan persepsi konsumen terhadap produk yang kita jual. Hal ini disebabkan karena adanya persepsi yang baik terhadap produk tersebut. Misalnya badan usaha pertokoan yang mempunyai perlengkapan barang (produk) dengan kualitas pelayanan yang maksimal, maka akan dipromosikan dari mulut ke mulut oleh pelanggan. Untuk itu sebaiknya badan usaha baik jasa, dagang maupun industri selalu menjaga citra badan usahanya agar persepsi masyarakat tetap baik. Persepsi menurut Sciffman dan Kanuk dalam Lovelock (1993) adalah : “ Process by and coherent of the word “. Artinya persepsi dapat di defenisikan sebagai proses umum seorang individu memilih, mengkoordinasi dan mengartikan rangsangan dari luar.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses kognitif (pengamatan) dalam penerimaan  rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan oleh panca indera yang kemudian dilakukan pemilihan, pengorganisasian, dan menafsirkan rangsangan yang diterima sampai rangsangan tersebut dimengerti.
Persepsi ini timbul karena adanya pengalaman yang pernah dirasakan individu sebelumnya. Pengalaman dapat diperoleh dari proses belajar. Hasil yang diperoleh dari pengalaman adalah adanya suatu pandangan tertentu terhadap produk atau penilaian tersebut dari jasa yang diberikan. Dalam keadaan yang sama persepsi seseorang terhadap suatu rangsangan dapat berbeda terhadap persepsi orang lain, karena tiap orang tidak sama kebutuhannya, nilai harapan dan kesukaannya. Pemasar perlu memperhatikan citra barang atau jasa yang dipasarkannya agar persepsi yang timbul dapat menjadi sumber informasi yang baik bagi masyarakat.
Perbedaan persepsi terhadap obyek-obyek rangsangan tiap orang disebabkan karena empat macam proses yang berkenaan dengan persepsi, yang menurut Swastha (1996) yaitu :
  1. Selective Exposure
Artinya bahwa persepsi konsumen dipengaruhi oleh pilihan dari apa yang didengarkan dan apa yang dibaca.
  1. Selective Attention
Artinya persepsi yang timbul karena adanya kesadaran yang tinggi terhadap dukungan informasi yang ada dan menghindari dari informasi yang berlawanan.
  1. Selective Comprehension
Artinya persepsi terpengaruh oleh adanya penafsiran informasi yang oleh karenanya harus konsekuen dengan kepercayaan dan sikapnya.
  1. Selective Retention
Artinya persepsi yang mempengaruhi seseorang mengingat pada informasi yang relevan pada keputusan atau sesuai dengan kepercayaan dan sikap yang ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Toha (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemilihan persepsi. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Intensitas
Prinsipnya intensitas dari suatu perhatian bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar layaknya, semakin besar pula hal ini dapat dipahami.
  1. Ukuran
Bahwa semakin besar ukuran suatu obyek maka semakin mudah untuk dipahami atau dimengerti.
  1. Berlawanan
Stimulus yang berlawanan dengan latar belakangnya atau sekelilingnya.
  1. Pengulangan
Stimulus yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan stimulus yang sekali dilihat.
  1. Gerakan
Bahwa orang yang akan memberikan perhatian terhadap obyek yang bergerak dibandingkan dengan obyek diam.
  1. Baru dan Familiar
Bahwa baik stimulus yang baru atau maupun yang sudah dikenal dapat digerakkan sebagai penarik perhatian.
Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga memberikan manfaat.

Pentingnya Komunikasi Dalam Sebuah Organisasi

Dokpri | Nurul Huda
Organisasi sebagai wadah bagi orang-orang dalam memenuhi kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Pada dasarnya organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan. Didalam kerjasama melibatkan usaha-usaha koordinasi, kerjasama, dan interaksi antar individu yang berbeda-beda. Untuk mencapai usaha tersebut memerlukan interaksi manusia dalam hal ini adalah karyawan perusahaan, organisasi pada umumnya dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan-tujuan tertentu dan cenderung muncul dalam situasi, saat orang-orang menyadari manfaat organisasi sebagai jalan terbaik pelaksanaan kegiatan kolektif. Beberapa atribut organisasi adalah :
  1. Organisasi adalah lembaga soial yang terdiri dari sekumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
  2. Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, oleh karena itu organisasi adalah kreasi sosial yang memerlukan aturan dan kooperasi.
  3. Organisasi secara sadar dikoordinasikan dan dengan sengaja disusun. Kegiatan-kegiatan dibedakan menurut berbagai pola yang logis, koordinasi bagian-bagian tugas yang saling tergantung ini memerlukan penugasan wewenang dan komunikasi.
  4. Organisasi adalah instrumen sosial yang mempunyai batasan-batasan yang secara relatif dapat diidentifikasikan dan keberadaannya mempunyai basis yang relatif permanen.
  5. Ciri-ciri organisasi menurut Schein (1982) yang dikutip Muhammad (2000) adalah memiliki struktur, mempunyai tujuan dan saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
Pemahaman atas perilaku individu dalam organisasi menjadi semakin penting sebagai bagian dari kegiatan manajemen. Prestasi individu adalah dasar prestasi organisasi, oleh karena itu pemahaman atas perilaku individu adalah hal yang sangat penting bagi pelaksanaan manejemen yang efektif. Ada empat pengaruh penting atas perilaku dan motivasi individu dalam prganisasi yaitu karakteristik individu, motivasi individu, imbalan dan stress (Gibson, Ivancevich & Donnely, 1985 : 2).
Perilaku individu tersebut dibentuk oleh variabel-variabel karakteristik biografis (meliputi variabel-variabel usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja), kemampuan, kepribadian dan pembelajaran. Semua variabel ini sangat berpengaruh pada kinerja dan kepuasan karyawan dalam suatu organisasi.
Menurut Kreitner dan Kinicki (1998 : 428) manajemen adalah komunikasi. Setiap fungsi dan aktivitas manajerial selalu melibatkan komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi yang efektif sangat berpengaruh terhadap kesuksesan peran manajerial dan organisasi. Kualitas dan komunikasi organisasi juga berperan penting dalam sosialisasi terhadap para karyawan saat organisasi mengalami perubahan. Hasil penelitian (Freen dalam Kreitner dan Kinicki, 1998 : 428) juga menunjukkan bahwa rendahnya ketrampilan berkomunikasi dapat meningkatkan biaya organisasi, yang berarti inefesiensi.
Sementara itu individu-individu didalam organisasi berasal dari lingkungan yang berbeda-beda yang membawa faktor fisiologis, psikologi dan biografi kedalam organisasi. Perbedaan individu ini dilihat dari karakteristiknya dengan menggunakan unsur-unsur dari fisiologi dan psikologis dalam melakukan kegiatan-kegiatan suatu organisasi.
Dari pandangan diatas dapat dikatakan bahwa organisasi dapat mencapai tujuannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, dikoordinasi dan dievaluasi dengan melewati proses komunikasi. Mengingat yang melakukan kerja sama dalam organisasi atau perusahaan merupakan sekolompok pelaku yang berupa atasan dan bawahan, juga diantara sesama karyawan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu diperlukan adanya media komunikasi, agar masing-masing individu mengetahui segala kewajiban dan tanggung jawab yang diembannya.
Komunikasi berperan dalam melancarkan kegiatan-kegiatan seperti kegiatan yang dilakukan atasan, interaksi antar karyawan, untuk mengambil keputusan, organisasi memerlukan adanya kepemimpinan, didorong kerjasama orang-orang, adanya berbagai keputusan, usaha-usaha yang terkoordinasi, serta pelaksanaan terkendali (Hicks dan Gullet, 1995). Komunikasi dipandang sebagai suatu proses yang peranannya sangat besar, yaitu komunikasi dapat memperlihatkan suatu perubahan yang dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (Muhammad, 2000) dipandang sebagai alat penyesuaian personil dalam memahami situasi dan masalah.
Untuk mencapai komunikasi yang efektif dalam pemindahan informasi dan kemampuan pemahaman atar individu, antara pengirim dan penerima informasi hendaknya memiliki kesamaan, yaitu mengenai sifat individu, pengalaman. Lingkungan dan latar belakang sosial budaya sehingga dapat menyerap informasi secara tepat kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari sistem komunikasi atau program komunikasi khusus dapat diukur sehingga kualitas dan kinerja eksekutif, pejabat dan staf komunikasi dapat diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaiki secara sistematik, agar efektivitas dan efisiensi komunikasi dapat meningkat (Hardjana, 2000). Dapat dikatakan bahwa dengan proses komunikasi ini memungkinkan adanya keterpaduan perilaku setiap karyawan dalam kelompok, agar semuanya menuju satu tujuan (Prawirosentono, 1999).
Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga bermanfaat.

Daftar Artikel

Belajar, Berilmu, Beramal & Beribadah E-mail : nurul.huda.macintosh@gmail.com Untuk informasi lebih lanjut seputar berbagi ilmu penge...