Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Kamis, 28 November 2024

PILKADA: BANGKITNYA PEJUANG MORAL DAN PENDIDIKAN POLITIK DI SUMENEP

Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com

 

Kabupaten Sumenep, sebuah wilayah dengan keanekaragaman budaya dan agama yang kaya, kini menjadi sorotan dalam dunia politik lokal. Pilkada yang kerap dianggap sebagai momentum demokrasi bukan hanya menjadi arena perebutan kekuasaan, tetapi juga sebagai ajang untuk menguji kualitas moral dan integritas masyarakat serta pemimpinnya. Dalam konteks ini, Sumenep telah menunjukkan bagaimana pejuang moral dan pendidikan politik berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif.

Demokrasi dan Moral: Dua Hal yang Tidak Terpisahkan

Demokrasi tidak hanya mengacu pada mekanisme formal seperti pemilu, tetapi juga menyangkut prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, keadilan, dan transparansi. Dalam Pilkada Sumenep, isu moralitas menjadi perhatian utama, terutama dalam menghadapi tantangan seperti politik uang dan praktik manipulatif lainnya.

Menurut Rahman (2023), salah satu aspek yang membuat Pilkada di Sumenep menarik adalah keterlibatan aktif tokoh-tokoh agama dan masyarakat adat yang memberikan panduan moral kepada masyarakat. Peran pesantren sebagai institusi pendidikan moral menjadi pilar utama dalam membentuk karakter pemilih dan calon pemimpin.

Peran Pesantren dalam Pendidikan Politik

Pesantren di Sumenep bukan hanya menjadi tempat pembelajaran agama, tetapi juga menjadi pusat pendidikan politik yang berbasis nilai-nilai keislaman. Kiai dan ulama sering kali memberikan ceramah yang berisi pesan moral tentang pentingnya memilih pemimpin yang berintegritas.

Sebagai contoh, program Ngaji Politik yang dilakukan di beberapa pesantren di Sumenep telah membantu masyarakat memahami pentingnya menjaga integritas dalam proses demokrasi. Program ini juga menekankan bahaya politik uang yang dapat merusak tatanan sosial dan moral masyarakat (Suryadi, 2024).

Tantangan Moral dalam Pilkada

Meski demikian, tantangan moral dalam Pilkada tetap ada. Politik uang, kampanye hitam, dan ujaran kebencian menjadi ancaman yang dapat mengikis nilai-nilai moral masyarakat. Media sosial, yang seharusnya menjadi alat komunikasi yang positif, sering disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks dan memecah belah masyarakat.

Menurut data dari BPS (2023), sekitar 65% masyarakat Sumenep memiliki akses ke media sosial, namun kurang dari separuhnya memiliki literasi digital yang memadai. Hal ini menunjukkan perlunya pendidikan politik yang lebih inklusif, khususnya dalam menangkal dampak negatif teknologi terhadap moralitas masyarakat.

Kebangkitan Pejuang Moral di Pilkada

Pilkada bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang ujian bagi nilai-nilai moral dalam demokrasi. Di tengah berbagai tantangan seperti politik uang, kampanye hitam, dan manipulasi, lahirlah para pejuang moral yang menjadi penggerak perubahan. Mereka adalah individu dan komunitas yang berdiri teguh melawan segala bentuk kecurangan, mengedukasi masyarakat, dan menginspirasi gerakan untuk memilih berdasarkan hati nurani dan integritas.

Kebangkitan pejuang moral ini mengingatkan kita bahwa demokrasi sejati tidak lahir dari transaksi, tetapi dari kepercayaan dan kejujuran. Mereka hadir bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk menjaga nilai-nilai kebaikan yang menjadi fondasi bangsa. Dengan semangat perjuangan yang bersandar pada keadilan dan kejujuran, mereka berani melawan arus, menolak tawaran materi, dan fokus pada mencerdaskan masyarakat tentang pentingnya memilih pemimpin yang berkompeten dan berintegritas. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa demokrasi yang bersih masih bisa diwujudkan, asalkan ada keberanian untuk memihak pada kebenaran. Maka, mari kita dukung para pejuang moral ini. Jadikan mereka inspirasi untuk bersama-sama membangun masa depan bangsa yang lebih adil dan bermartabat. Karena Pilkada yang bermoral adalah langkah awal menuju pemerintahan yang benar-benar melayani rakyat.

Pendidikan Politik yang Berkelanjutan

Pendidikan politik di Sumenep tidak hanya dilakukan pada saat Pilkada, tetapi menjadi bagian dari proses yang berkelanjutan. Pesantren, sekolah, dan organisasi masyarakat berkolaborasi untuk menciptakan pemilih yang cerdas dan bertanggung jawab.

Program seperti Sekolah Demokrasi Sumenep telah melibatkan pemuda dalam diskusi dan pelatihan tentang prinsip-prinsip demokrasi dan pentingnya menjaga moralitas dalam politik. Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan partisipasi politik yang bermutu di kalangan generasi muda (Prasetyo, 2023).

Kesimpulan

Pilkada Sumenep adalah cerminan bagaimana demokrasi dapat dijalankan dengan mengedepankan nilai-nilai moral. Peran tokoh agama, pesantren, dan masyarakat adat menjadi fondasi dalam membangun pendidikan politik yang berkualitas. Tantangan seperti politik uang dan hoaks memang ada, tetapi dengan kebangkitan pejuang moral, Sumenep mampu memberikan contoh nyata tentang bagaimana demokrasi dapat menjadi alat perubahan yang positif.

Melalui sinergi antara moralitas dan pendidikan politik, Pilkada Sumenep tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat karakter dan integritas masyarakat. Semoga artikel singkat ini bermanfaat untuk kita semua tetap semangat dan salam ilmiah! (NH)

Referensi:

  • Rahman, A. (2023). Pendidikan Politik Berbasis Agama: Studi Kasus Pesantren di Sumenep. Surabaya: Pustaka Ilmu.
  • Suryadi, R. (2024). "Membangun Literasi Politik dalam Pesantren." Jurnal Pendidikan Politik, 18(1), 45-58.
  • BPS Kabupaten Sumenep. (2023). Laporan Statistik Pemilu dan Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
  • Hasanah, U. (2024). Tradisi Lokal sebagai Media Pendidikan Politik. Yogyakarta: Media Nusantara.
  • Prasetyo, D. (2023). "Sekolah Demokrasi dan Peranannya dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Pemuda." Jurnal Demokrasi dan Masyarakat, 12(3), 78-92.

Rabu, 27 November 2024

RAIH CITA-CITA PENUH BERKAH

 

Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com


Pendahuluan
Cita-cita adalah manifestasi dari impian yang ingin diraih setiap individu sebagai puncak capaian hidupnya. Namun, keberhasilan dalam meraih cita-cita tidak semata-mata dinilai dari segi materi, melainkan juga dari nilai keberkahan yang menyertainya. Keberkahan membawa makna lebih dalam tidak hanya memberikan manfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat. Dalam perspektif Islam, keberkahan adalah hasil dari integrasi antara usaha yang sungguh-sungguh, niat yang tulus, serta keikhlasan dalam berbagi hasil kesuksesan.

Hakikat Cita-Cita Penuh Berkah
Menurut Al-Ghazali (2003) dalam Ihya Ulumuddin, keberkahan adalah hasil dari amal yang dilakukan dengan niat yang benar dan cara yang halal. Dalam konteks cita-cita, keberkahan berarti bahwa tujuan yang dicapai memberikan manfaat bagi individu dan masyarakat secara berkelanjutan. Misalnya, seorang guru yang berdedikasi tidak hanya mencapai kesuksesan pribadi, tetapi juga mencetak generasi penerus yang unggul.

Landasan Spiritual dan Moral dalam Meraih Cita-Cita
Meraih cita-cita penuh berkah membutuhkan landasan spiritual yang kokoh. Al-Quran menyebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2:286) bahwa, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu diberi potensi untuk meraih kesuksesan, selama dia berusaha sesuai dengan aturan yang ditetapkan Allah.

Selain itu, keberkahan hanya dapat dicapai jika perjalanan menuju cita-cita dilakukan dengan cara yang jujur dan bermoral. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik." Maka, setiap langkah menuju cita-cita harus menghindari cara-cara yang tidak halal, seperti korupsi atau manipulasi.

Langkah Strategis Meraih Cita-Cita Penuh Berkah

  1. Menetapkan Tujuan yang Bermakna
    Cita-cita yang berkah tidak hanya memberikan manfaat duniawi, tetapi juga membawa nilai spiritual. Misalnya, seorang wirausahawan yang fokus pada bisnis berbasis lingkungan tidak hanya memperoleh keuntungan finansial tetapi juga menjaga kelestarian bumi (Senge, 2008).
  2. Membangun Niat yang Lurus
    Niat adalah kunci keberkahan. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW, "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya." (HR Bukhari dan Muslim). Tanpa niat yang tulus, kesuksesan hanya menjadi pencapaian kosong tanpa makna mendalam.
  3. Menggabungkan Ikhtiar dan Tawakal
    Ikhtiar tanpa tawakal adalah keangkuhan, sedangkan tawakal tanpa ikhtiar adalah kemalasan. Keberhasilan cita-cita penuh berkah hanya dapat diraih jika keduanya berjalan seiring. Lyubomirsky (2008) dalam teorinya tentang kebahagiaan menjelaskan bahwa usaha yang konsisten, disertai dengan penerimaan terhadap hasil, memberikan kepuasan batin yang mendalam.
  4. Berbagi Keberhasilan dengan Orang Lain
    Keberkahan hadir ketika individu bersedia berbagi manfaat dari kesuksesannya. Dalam teori Prosocial Behavior, berbagi hasil kesuksesan meningkatkan kesejahteraan emosional, sosial, dan spiritual (Lyubomirsky, 2008).
  5. Kesabaran dalam Proses
    Al-Quran mengajarkan pentingnya kesabaran dalam mencapai tujuan, sebagaimana disebutkan dalam Surah Ali Imran (3:200), "Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu." Setiap rintangan dalam perjalanan menuju cita-cita adalah bagian dari ujian yang mendewasakan.

Manfaat Meraih Cita-Cita Penuh Berkah

  1. Kesejahteraan Holistik
    Keberkahan membawa kesejahteraan tidak hanya dari segi materi tetapi juga emosional dan spiritual (Csikszentmihalyi, 1990).
  2. Dampak Positif bagi Lingkungan
    Kesuksesan yang berkah menginspirasi orang lain untuk meraih tujuan serupa, menciptakan lingkungan yang produktif dan harmonis (Seligman, 2011).
  3. Keberlanjutan Kesuksesan
    Keberkahan menjamin bahwa kesuksesan yang diraih tidak hanya bertahan untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan dampak bagi generasi mendatang (Asy-Syatibi, 2013).

Kesimpulan
Meraih cita-cita penuh berkah adalah perpaduan antara niat tulus, usaha maksimal, dan keikhlasan berbagi hasil. Dengan membangun landasan spiritual, moral, dan sosial yang kokoh, setiap individu dapat mencapai tujuan yang tidak hanya membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi orang lain. Sebagaimana dikatakan oleh Al-Ghazali, keberkahan adalah "kunci kebahagiaan dunia dan akhirat." Semoga artikel singkat ini bermanfaat untuk kita semua. Tetap semangat, salam ilmiah! (NH)

Referensi:

  1. Al-Ghazali. (2003). Ihya Ulumuddin. Beirut: Darul Kutub Ilmiyah.
  2. Asy-Syatibi. (2013). Al-Muwafaqat. Kairo: Darul Ma’arif.
  3. Lyubomirsky, S. (2008). The How of Happiness: A New Approach to Getting the Life You Want. Penguin Press.
  4. Seligman, M. E. P. (2011). Flourish: A Visionary New Understanding of Happiness and Well-Being. Free Press.
  5. Csikszentmihalyi, M. (1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. Harper & Row.
  6. Senge, P. M. (2008). The Necessary Revolution: How Individuals and Organizations Are Working Together to Create a Sustainable World. Crown Business.
  7. Al-Quran dan Terjemahannya.

Selasa, 26 November 2024

JANGAN MENJADI PENGKHIANAT DEMOKRASI

 Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M

E-mail: nurul.huda.macintosh@gmail.com

 

Pendahuluan
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat. Di dalamnya terkandung nilai-nilai keadilan, transparansi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Namun, keberlangsungan demokrasi tidak lepas dari ancaman pengkhianatan, baik oleh individu maupun kelompok yang mengedepankan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Pengkhianatan terhadap demokrasi bukan hanya mencederai proses politik, tetapi juga merusak tatanan sosial dan kepercayaan masyarakat.

Demokrasi: Pilar Utama Kehidupan Bernegara
Demokrasi bukan sekadar sistem politik; ia adalah jantung kehidupan bernegara yang memungkinkan partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan. Demokrasi memberikan ruang untuk kebebasan berpendapat, hak memilih, dan kontrol terhadap kekuasaan. Namun, untuk menjaga esensinya, setiap individu dan institusi harus menjalankan peran mereka dengan penuh integritas dan tanggung jawab.

Ketika nilai-nilai demokrasi seperti kejujuran, akuntabilitas, dan transparansi diabaikan, pengkhianatan mulai merayap masuk. Contoh nyata adalah praktik politik uang, manipulasi data pemilu, dan pembungkaman kebebasan berpendapat. Pengkhianatan semacam ini tidak hanya mengikis kepercayaan rakyat, tetapi juga membuka pintu bagi otoritarianisme dan korupsi.

Bentuk-Bentuk Pengkhianatan terhadap Demokrasi

  1. Politik Uang
    Politik uang merusak asas keadilan dalam demokrasi. Ia memanfaatkan kerentanan ekonomi rakyat untuk memenangkan kekuasaan secara tidak etis.
  2. Manipulasi Informasi
    Penyebaran berita palsu atau hoaks menjadi senjata untuk mengadu domba masyarakat. Manipulasi informasi melemahkan kapasitas rakyat dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta.
  3. Pelanggaran HAM dan Kebebasan Sipil
    Demokrasi menuntut penghormatan terhadap hak asasi manusia. Ketika hak-hak ini diinjak, maka demokrasi kehilangan maknanya sebagai sistem yang melindungi rakyat.

Dampak Pengkhianatan terhadap Demokrasi
Pengkhianatan terhadap demokrasi berdampak luas. Kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara melemah, legitimasi pemimpin dipertanyakan, dan konflik sosial meningkat. Akhirnya, stabilitas politik dan pembangunan ekonomi menjadi taruhannya.

Menjaga Keutuhan Demokrasi
Menghindari pengkhianatan terhadap demokrasi memerlukan usaha kolektif. Berikut langkah-langkah strategis yang dapat diambil:

  1. Edukasi Politik
    Rakyat harus dibekali dengan pemahaman tentang hak dan kewajiban mereka dalam demokrasi.
  2. Penguatan Institusi Hukum
    Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku politik uang dan pelanggaran pemilu sangat penting.
  3. Mendorong Partisipasi Publik
    Partisipasi aktif rakyat dalam proses politik memastikan bahwa suara mereka tidak dimanipulasi.
  4. Transparansi dan Akuntabilitas
    Pemerintah dan lembaga terkait harus menjalankan tugas mereka dengan terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kesimpulan
Demokrasi adalah warisan berharga yang harus dijaga oleh setiap elemen bangsa. Jangan menjadi pengkhianat demokrasi dengan mengorbankan nilai-nilai luhur demi kepentingan sesaat. Hanya dengan menjaga integritas dan berkomitmen pada prinsip keadilan, demokrasi dapat terus menjadi pilar kokoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga artikel singkat bemanfaat untuk kita semua, tetap semangat. Salam ilmiah! (NH)

Referensi:

  1. Dahl, R. A. (2000). On Democracy. Yale University Press.
  2. Lipset, S. M. (1959). "Some Social Requisites of Democracy: Economic Development and Political Legitimacy." American Political Science Review.
  3. Diamond, L. (2019). Ill Winds: Saving Democracy from Russian Rage, Chinese Ambition, and American Complacency. Penguin Press.
  4. Schumpeter, J. A. (1976). Capitalism, Socialism, and Democracy. Harper & Row.
  5. Huntington, S. P. (1991). The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century. University of Oklahoma Press.

DAFTAR ARTIKEL

BELAJAR, BERILMU, BERAMAL & BERIBADAH "Integritasmu Adalah Masa Depanmu" Oleh: Nurul Huda, BBA., S.E., M.M E-mail : nurul.hud...