Bismillah for everything, Selamat Datang di My Blog (Belajar, Berilmu, Beramal dan Beribadah. Semoga bermanfaat, Salam Ilmiah...

Kamis, 06 Agustus 2020

MEMILIH PEMIMPIN MASA DEPAN


Oleh: Nurul Huda, S.E., M.M*

Setiap manusia yang terlahir didunia, merupakan seorang pemimpin. Allah SWT mengangkat manusia sebagai pemimpin bertujuan untuk menguji manusia dan memberinya penghormatan. Pemimpin merupakan wewenang yang diberikan Allah kepada Nabi Adam AS dan anak cucunya untuk direalisasikan di dunia ini. Sebagai seorang pemimpin harus mampu dan mau menjadi pelayan masyarakat, karena pemimpin adalah pelayan masyarakat yang telah dipilih dan dipercaya oleh rakyatnya.
Manusia diciptakan oleh Allah dan memiliki status sebagai hamba, tapi manusia diberi kemampuan akal dan fikiran yang sempurna serta kedudukan sebagai khalifah Allah dengan berbagai tingkat dan derajatnya, dalam hubungannya secara vertikal dengan Allah ataupun hubungan horizontal sejajar antar sesama manusia karena pada dasarnya derajat manusia disisi sang pencipta adalah sama dan yang membedakan satu sama lainnya tingkat keimanan dan ketaqwaanya kepada Allah SWT. Sebagi pemimpin di bumimanusia diberi wewenang terbatas sesuai dengan potensi diri dan posisinya. Namun manusia harus faham betul bahwa wewenang dan tanggungjawab yang harus diemban itu pada dasarnya adalah 4 Sifat kepemimpinan Rasulullah yaitu Siddiq (bersikap jujur), Fathonah (intelek dan cerdas), Amanah (dapat dipercaya/trust), Tabliq (mengomunikasikan pesan kebenaran).
Allah SWT berfirman dalam Surat Al Baqarah Ayat 148 yang memerintahkan kepada manusia agar berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Perintah ini  harus dipahami untuk menumbuhkan sikap dan prilaku kompetisi yang sehat untuk mencapai al khairat/kebaikan, yang berarti memerlukan dinamika tinggi dan berkualitas, serta dibutuhkan juga wawasan yang luas, kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan atau daya analisis untuk mengantisipasi proses transformasi menuju masa depan. Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang mempunyai ide-ide cemerlang, berkwalitas, kreatif, inovatif yang didalamnya tertanam sifat kepemimpinan Rasulullah.
Memilih pemimpin adalah kemauan dan kepentingan yang harus kita jalani bersama. Hasrat dan kepentingan itu bukan hanya partai politik, dan bukan hanya pemerintah, karena tujuan memilih pemimpin adalah agar sistem pemerintahan tetap berjalan dan tidak menunda semua tugas dan tanggungjawab untuk kepentingan rakyat. Tatanan kehidupan akan berjalan dengan baik dan teratur apabila tidak ada kekosongan dalam kepemimpinan.
Filsuf Yuval Noah Harari berpendapat bahwa, pemilihan bukanlah metode untuk menemukan kebenaran. Pemilihan umum merupakan kegiatan usaha untuk mempengaruhi pikiran rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan berbagai kegiatan retorika, hubungan kemasyarakatan, komunikasi publik, lobi-lobi politik dan berbagai macam kegiatan lainnya. Pemilihan umum adalah cara atau metode untuk mencapai tujuan atau kompromi damai antara keinginan yang berbeda dari orang yang berbeda. Pada saat mencari kebenaran, setiap pendapat orang pasti berbeda dan bobot yang dimiliki pasti juga berbeda. Tetapi ketika datang keinginan, semua orang harus diperlakukan sama. Oleh karena itu demokrasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa peran aktif rakyat yang cerdas termasuk keputusan datang untuk memilih calon pemimpinya.
Menjadi seorang pemimpin yang baik itu tidak hanya sekadar tekad yang tinggi. Lebih jauh lagi, seorang pemimpin sejati haruslah didukung sejumlah kriteria tertentu yang didapat dari proses yang panjang dan konsisten. Pemimpin masa depan adalah pemimpin yang memiliki kemampuan manajemen yang baik tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan terhadap apa yang dipimpinya. Pemimpin masa depan harus memiliki etos kerja yang baik, bersedia melakukan apapun untuk menyelesaikan perkejaan yang merupakan tugas dan tanggungjawabnya, memiliki sikap “can do” untuk menghadapi tantangan dengan menunjukkan energi positif yang tinggi dengan menghilangkan paradigma lama yang berenergi negatif, rasa ugensi yang tajam, disiplin untuk selalau bekerja dengan prioritas, mengaplikasikan sistem manajemen yang tepat dan memiliki kemampuan memimpin dengan memberi contoh yang baik. Demikian artikel singkat ini saya tulis, semoga memberikan manfaat. Aamiin.

METODE DAN TEKNIK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Oleh: Nurul Huda, S.E., M.M*

Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.  Ada dua metode yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu metode analisis horisontal dan metode analisis vertikal. (1) Metode analisis horisontal, adalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan akan diketahui perkembangannya, metode horisontal ini disebut juga sebagai metode analisis dinamis; (2) Analisis vertikal, adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode, yaitu dengan memperbandingkan antar pos yang satu dengan yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
  1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.
  2. Trend atau tendensi posisi, adalah metode dan teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
  3. Laporan dengan persentase per komponen atau common size statement, adalah metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
  4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.
  5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas dalam periode tertentu.
  6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
  7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu.
  8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan demikian analisis ini juga diketahui tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan (Munawir, 1997).
Dengan adanya metode dan teknik analisis laporan keuangan yang digunkan dalam menganalisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang lebih mudah dimengerti, lebih tepat dan lebih akurat sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak manajemen baik intern maupun ekstrern. Demikian artikel singkat ini semoga memberikan manfaat. Terimakasih.
Referensi : Munawir S.,1997, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Rabu, 08 Juli 2020

Budaya Organisasi

Oleh : Nurul Huda, S.E., M.M | Sumber Foto : Dokpri
Kata budaya (culture) sebagai suatu konsep, berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi. Kilmann, Saxton & Serpa (dalam Retnosari 2001 : 20) mengartikan sebagai falsafah, ideologi nilai-nilai, anggapan keyakinan, harapan sikap dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat. Konsep budaya kini sebagai suatu dimensi utama dalam memahami perilaku organisasi sekaligus telah mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku organisasi, dan menjadi bagian bahasan yang penting (Nimran 1997).
Untuk memahami suatu budaya dan untuk lebih memastikan secara lengkap nilai-nilai dan perilaku nyata dari suatu kelompok, perlu diketahui asumsi yang mendasarinya, yang menentukan bagaimana para anggota kelompok berpersepsi, berpikir dan merasakan. Asumsi tersebut merupakan reaksi yang dipelajari semula sebagai nilai-nilai yang didukung (espoussed value), tetapi ketika nilai menyebabkan perilaku dan ketika perilaku tersebut mulai memecahkan masalah, maka nilai itu ditransformasikan menjadi asumsi dasar tentang bagaimana sesuatu itu sesungguhnya (Schein 1991).
Definisi formal yang diterima sebagai suatu definisi klasik tentang budaya organisasi menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan pola asumsi-asumsi dasar dan bentukan, temuan atau pengembangan oleh suatu kelompok orang yang telah bekerja cukup baik untuk mengatasi masalah-masalah adaptasi eksternal maupun internal, sehingga dianggap perlu diajarkan pula kepada para anggota baru sebagai cara yang benar dalam memandang, berfikir dan merasa tentang masalah-masalah yang dihadapi (Schein 1991).

Nimran (1997 : 135) mengatakan bahwa :
Dalam hidupnya, manusia dipengaruhi oleh budaya dimana ia berada, seperti nilai-nilai, keyakinan dan perilaku sosial/masyarakat, yang kemudian menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga akan terjadi bagi anggota organisasi dengan segala nilai keyakinan dan perilakunya dalam organisasi, yang kemudian menciptakan budaya organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa budaya organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi, termasuk mereka yang ada di dalam hierarki organisasi, sehingga budaya organisasi tersebut sangat penting perannya dalam mendukung terciptanya suatu organisasi yang efektif. Lebih spesifik lagi, budaya organisasi dapat berperan dalam menciptakan jati diri, mengembangkan keikatan pribadi dengan organisasi sekaligus menyajikan pedoman perilaku kerja.
Budaya organisasi akan mencerminkan sifat-sifat atau ciri-ciri yang dirasa terdapat dalam lingkungan kerja dan timbul karena kegiatan organisasi, yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan dianggap mempengaruhi perilaku, sehingga budaya yang ada pada perusahaan dapat dipandang sebagai kepribadian organisasi (Steers 1995). Ciri-ciri tersebut bisa berupa peraturan kebijaksanaan, sistem pemberian hadiah, dan misi organisasi (Sujak 1990). Adanya kondisi yang demikian, maka organisasi akan cenderung untuk menarik dan akan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan budaya organisasinya, agar dalam tingkat tertentu polanya dapat langgeng. Demikian pula sebaliknya, orang-orang yang ada didalam organisasi akan cenderung untuk memilih budaya organisasi yang disukai.
Banyak pengertian budaya organisasi yang disampaikan para ahli organisasi, dan masing-masing memiliki penekanan yang berbeda akan tetapi maknanya sama.
Budaya organisasi merupakan suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, dipahami, atau dikembangkan oleh suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi internal yang difungsikan dengan baik untuk mempertimbangkan manfaat, dan oleh karena itu harus disampaikan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk bersikap, berpikir dan merasakan dalam hubungannya dengan permasalahan tersebut (Luthans 1998).
Budaya organisasi, dapat diartikan juga sebagai suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu dan menjadi suatu sistem dari makna bersama (Robbin 1996). Budaya organisasi mengacu pada pandangan hidup dalam suatu organisasi (Hatch 1997).
Budaya berkaitan juga dengan makna bersama, nilai, sikap dan keyakinan (Nicholson 1997). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa jantung dari suatu organisasi adalah sikap, keyakinan, kebiasaan dan penghdari seluruh individu anggota organisasi mulai pucuk pimpinan sampai front lines (Juechter et al., 1998). Dengan demikian, tidak ada aktivitas manajemen yang dapat melepaskan diri dari budaya (Hofstede 1984).
Budaya organisasi bisa dirasakan keberadaannya melalui perilaku anggota/ karyawan di dalam organisasi itu sendiri. Kebudayaan tersebut memberikan pola cara-cara berpikir, merasa, menanggapi dan menuntun para anggota organisasi dalam mengambil keputusan maupun kegiatan-kegiatan lainnya dalam organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi akan berpengaruh pada perilaku individu serta kelompok di dalam organisasi, serta akan berpengaruh pula pada prestasi individu tersebut, dan sekaligus secara bersama-sama akan berpengaruh pada efektif-tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi (Mohyi 1999).
Budaya organisasi menjadi sangat berarti bagi kelangsungan hidup organisasi terutama bila dikaitkan dengan upaya organisasi untuk mengatasi berbagai masalah dalam adaptasi atas berbagai perkembangan dan perubahan eksternal dan integrasi terhadap kekuatan internal (Schein dalam Hatch 1997)
Budaya organisasi dapat membantu kinerja karyawan, karena dapat menciptakan suatu motivasi bagi karyawan untuk memberikan kemampuan menciptakan suatu motivasi bagi karyawan untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasi. Barney & Wilson (dalam Dara 1998 : 19) menyatakan bahwa nilai-nilai yang dianut bersama membuat karyawan nyaman bekerja, memiliki komitmen dan kesetiaan, serta membuat karyawan berusaha lebih keras untuk meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja serta mempertahankan keunggulannya. Demikian artikel singkat ini semoga bermanfaat. Aamiin...

Daftar Artikel

Belajar, Berilmu, Beramal & Beribadah E-mail : nurul.huda.macintosh@gmail.com Untuk informasi lebih lanjut seputar berbagi ilmu penge...